Ilustrasi – Logo Facebook (libassonline.com)

Jakarta (libassonline.com | bit.ly/libasnews) – Junta, dikutip dari Reuters, melarang akses Facebook sampai hari Minggu. Laman baru tentang pembangkangan sipil di negara tersebut sudah mendapat hampir 200.000 pengikut, juga dukungan dari selebriti Myanmar.

Militer Myanmar memblokir akses ke Facebook setelah pengusiran Aung San Suu Kyi beberapa hari lalu.

Facebook akan memutuskan bagaimana menyeimbangkan perlidungan untuk politikus demokratik dan aktivits sekaligus bekerja sama dengan rezim baru agar layanan mereka bisa kembali berjalan.

Juru bicara Facebook Inc meminta otoritas Myanmar mengembalikan akses untuk Facebook dan WhatsApp di negara tersebut. Facebook memiliki jumlah pengguna hampir separuh dari jumlah penduduk Myanmar yang sebanyak 54 juta jiwa.

Berdasarkan pantauan Reuters, unggahan di akun dan laman palsu tersebut mulai Oktober 2020 hingga sekitar dua hari sebelum kudeta berlangsung. Setelah kudeta, laman-laman tersebut mengunggah soal pemerintah dan justifikasi mengambil alih pemerintahan.

Sebelum pemilihan umum di Myanmar November lalu, Facebook menyatakan sudah menurunkan 70 akun dan laman palsu yang dijalankan oleh militer. Akun dan laman tersebut mengunggah konten positif soal tentara atau mengkritik Suu Kyi.

Sebelum diblokir, Facebook menutup akun dan laman tersebut.

Beberapa laman mengunggah kritik atau ancaman terhadap politikus, termasuk Suu Kyi, jurnalis dan aktivis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: